Efektivitas pendidikan sering kali dilihat pada kualitas hasil belajar para lulusan (Martiniore ; 1993), sedangkan hasil belajar dikatakan efektif bila tujuan pembelajaran dapat dicapai (Degeng dan Miarso ; 2003) Salah satu komponen yang berpengaruh terhadap efektifitas hasil pembelajaran adalah strategi pembelajaran.
Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa pembelajaran memberikan kontribusi terhadap komponen pembelajaran lainnya termasuk hasil pembelajaran sangat dipengaruhi oleh pengaruh interpertasi antara komponen kondisi pembelajaran, metode pembelajaran dan hasil pembelajaran (Degeng; 1988) Untuk memudahkan mencapai tujuan dalam proses pembelajaran diperlukan kegiatan untuk memilih, menetapkan dan mengembangkan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik pembelajaran dan karaktersitik bidang study (mata pelajaran) baik untuk pelajaran Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), maupun mata pelajaran lainnya.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran para siswa dapat diupayakan dengan meperbaiki kualitas strategi pembelajaran (Reigeluth ; 1983). Dengan demikian untuk mencapai efisiensi dan efektivitas hasil pembelajaran diperlukan adanya pengembangan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi pembelajaran. Salah satu komponen penting dari strategi pembelajaran tersebut dalam kaitannya dengan pendekatan konstektual (CTL) sebagai metode yang sangat cocok dalam proses pembelajaran siswa.
Degeng (1997), mengutarakan bahwa strategi pembelajaran diartikan sebagai cara-cara, sehinga terwujud suatu urutan langkah prosedural yang dapat dilakukan untuk mencapai kondisi pembelajaran yang dapat dilakukan untuk mencapai kondisi pembelajaran dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu strategi pengoperasian pembelajaran, setrategi penyampaian isi pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran.
a. Staregi pengoperasian isi pembelajaran, mengacu pada penataan cara-cara pengurutan isi bidang studi (mata pelajaran) agar terjadi keterkaitan antara topik satu dengan topik yang lain yang terdapat dalam bidang studi tersbut. Keterkaitan antara topik yang satu dengan topik yang lain akan lebih memberikan makna pada siswa.
b. Strategi penyampaian isi pembelajaran, menggacu pada cara-cara untuk menentukan metode pembelajaran sekaligus untuk merespon masukan siswa serta penataan cara-cara menentukan bentuk belajar mengajar
c. Strategi pengelolaan pembelajaran, mengacu pada penataan cara-cara terjadi suatu interaksi antara siswa dengan strategi lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, pengelolaan motivation, sertta kontrol belajar (Merrill ; 1979, Reigeluth ; 1983, Degeng ; 1989).
Jadi pengembangan strategi pembelajaran merupakan komponen yang perlu dirancang dan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Gegne : bahwa dalam proses pembelajaran, seorang guru berkewajiban untuk merancang, mengelola dan mengadakan penilaian hasil pembelajaran (Gegne : 1988).
Selain itu guru harus mampu untuk mengkaitkan seperangkat konsep yang terorganisir dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta didik, sehingga informasi baru tersebut selain memperlambat juga menjadi bagian seluruh ilmu pengetahuan.
Meskipun guru bukan satu-satunya variabel yang menentukan dalam meningkatkan hasil pembelajaran, namun peran guru dalam proses pembelajaran sangat dominan. Oleh sebab itu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sudah selayaknya guru-guru Sekolah Dasar (SD) harus menguasai dan mampu mengembangkan strategi pembelajaran.
Keadaan dilapangan menunjukan masih ada guru Sekolah Dasar (SD) yang belum dapat mengembangkan strategi pembelajaran secara optimal didalam proses pembelajaran, sehingga kualitas pendidikan masih rendah.
Salah satu tugas guru adalah merancang aktivitas pembelajaran, aktivitas secara garis besar berisi pemikiran tentang strategi pembelajaran sebagai acuan untuk direalisasikan di dapan kelas. Didalam menyusun rancangan aktivitas pembelajaran, selain harus memperhatikan kondisi lingkungan, karakteristik mata pelajaran, serta karakteristik siswa (Gegne ;1988) perlu berpedoman pada dokumen resmi, minimal pada kurikulum, GBPP, dan program pengajaran.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru-guru merupakan salah satu perwujudan dari rancangan aktivitas pembelajaran yang disusun oleh guru, minimal terdapat bagian-bagian dari komponen tujuan dengan taksonomi perilakunya, kegiatan utama pembelajaran, proses pembelajaran, materi pembelajaran, kegiatan utama pembelajaran, materi pembelajaran, pendekatan, metode, teknik dan alat, evaluasi serta keputusan kapan rancangan tersebut dilaksanakan (Damyati ; 1994). Oleh sebab itu, sudah selayaknya bila didalam membuat RPP dirancang adanya bagian-bagian dari komponen tujuan dengan taksonomi perilakunya, kegiatan utama pembelajaran, proses pembelajaran, pendekatan, metode, teknik dan alat, evaluasi serta keputusan kapan rancangan tersebut dilaksanakan.
Pada kurikulum pendidikan Dasar 1994 terlebih kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran mempunyai karaktersitik tersendiri serta tujuan pembelajaran yang berbeda. Dengan demikian pendekatan yang digunakan untuk setiap mata pembelajaran (termasuk IPA dan Bahasa Indonesia) berbeda pula.
Pada penyajian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Bahasa Indonesia terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam aktivitas pembelajaran, yaitu : pendekatan faktual, pendekatan konseptual serta pendekatan kontekstual (CTL). Pembelajaran IPA dan Bahasa Indonesia dengan pendekatan faktual adalah penyampaian informasi tentang fakta-fakta dari produk penemuan IPA dan Bahasa Indonesi tanpa diketahui bagaimana proses terjadinya produk tersebut. Pembelajaran IPA dan Bahasa Indonesia dengan pendekatan konseptual yaitu pembelajaran dengan kecenderungan memberikan gambaran tentang sifat-sifat IPA dan Bahasa Indonesia yang dikembangkan oleh Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Bahasa Indonesia, sehingga siswa dapat mengorganisasi tentang sifat-sifat kedua matapelajaran tersebut.
Sedangkan pembelajaran IPA dan Bahasa Indonesia dengan pendekatan CTL yaitu pembelajaran yang didasarkan pada pengamatan terhadap proses bagaimana produk-produk IPA dan Bahasa Indonesia tersebut diperoleh. Dengan digunakannya pendekatan CTL pada pembelajaran IPA dan Bahasa Indonesia dapat melatih siswa dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Penggunaan pendekatan faktual dan konseptual dalam pembelajaran IPA dan Bahasa Indonesia lebih banyak bersifat informatik, sehingga menimbulkan kesan bahwa pelajaran IPA dan Bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang penuh informasi. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Bahasa Indonesia dengan pendekatan faktual maupun dengan menggunakan pendekatan koseptual kurang dapat mengembangkan perbendaharaan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang tetap dimiliki siswa (Carn 1985, Funk 1985, Subiyanto 1988).
Namun hasil pengamatan sementara dalam pra penelitian terhadap persipan mengajar yang dibuat oleh sebagian guru di Sekolah Dasar (SD) ternyata terdapat beberapa RPP yang belum sesuai dengan apa yang diprogramkan, seperti alat peraga, alat evaluasi, karakteristik dari tujuan pembelajaran atau inti dari materi. Pelaksanaannya sebagian besar dengan pendekatan faktual dan konseptual, sehingga menimbulkan kesan penuh informasi dan proses belajar mengajar cenderung hanya alih informasi.
Dengan pertimbangan judul yang ditulis ini, dalam kaitannya dengan pernyataan yang disampaikan oleh Degeng (1997) diatas, untuk dapat menerapkan strategi pembelajaran dengan pendekatan Kontekstual (CTL) yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dan kondisi siswa. Landasan filosofi CTL, adalah kontruktivisme, yaitu belajar bukan hanya sekedar menghapal, namun siswa dituntut untuk menginstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Kontruksivisme berakar pada filsafat pragmatisme dan dikembangkan oleh John Dewey (1916) yaitu filosofi belajar yang menekankan pada engembangan minat dan pengalaman siswa.
Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa pada penyajian mata pelajara IPA dan Bahasa Indonesia, di Sekolah Dasar guru cenderunf menggunakan pendekatan faktual dan konseptual, dimana metode dan teknik penyajiannya digunakan sebagian besar adalah dengan membaca, menerangkan, resitasi latihan dan ceramah disertai motivasi tinggi, sehingga dapat menarik perhatian siswa, tetapi pembelajaran demikian belum tentu dapat menunjukkan gambaran yang benar tentang sifat-sifat Ilmu Pengetahuan Alam dan Bahasa Indonesia.
Penerapan-penerapan strategi pembelajaran dengan pendekatan CTL pada matapelajaran IPA dan Bahasa Indonesia mempunyai implikasi terhadap penggunaan metode dan penyajian, indikasi kemampuan dan ketrampilan siswa yang perlu dikembangkan dalam penerapan pendekatan CTL antara lain : kemampuan untuk melakukan observasi, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi, inferensi, serta ketrampilan-ketrampilan terpadu lainnya.
Keadaan sekolah menunjukkan bahwa sebagian besar guru-guru Sekolah Dasar (SD) belum banyak mengembangkan kemampuan siswa untuk melakukan observasi, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi, inferensi serta ketrampilan-ketrampilan proses lainnya. Dengan adanya indikasi tesebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA dan Bahasa Indonesai yang dilakukan oleh guru-guru Sekolah Dasar (SD) masih memerlukan adanya peningkatan dalam penerapan pembelajaran dengan pendekatan CTL.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar